Blog Archive

Kamis, 20 Maret 2014

Duniaku Juga Duniamu?

Akhirnya aku menyadari sesuatu, dunia itu nggak seperti yang selama ini aku bayangkan. Waktu aku masih kecil, apa yang ada di hadapanku itu lah duniaku. Waktu udah memasuki masa remaja, aku mulai mengenal dunia orang lain, dimana aku bisa merasakan apa yang dirasakan orang disekitarku (dalam artian simpati). Semakin bertambahnya usia, aku mengenal dunia baru yang lebih luas.

Gara-gara kelas AKM kosong, aku, Dilla, dan Aini kemaren memutuskan untuk menghabiskan waktu untuk makan mie ayam depan kampus. Trus tiba-tiba kita berbicara melalui sudut pandang:

1. Politik. Tau kan kalo sebentar lagi ada pemilu? Kita bicara tentang semua partai dan caleg (calon legislatif). Tentang perkiraan siapa yang cocok jadi pemimpin bangsa dan negeri yang getir ini, tentang presiden-presiden sebelumnya, dan pastinya juga dengan isu-isu yang beredar di masyarakat. Kebetulan umurku udah mencukupi untuk memilih calon presiden, jadi harus lebih bisa melihat bibit bebet bobot seorang capres dan cawapres yang baik.

2. Hukum. Yaaah apalah daya kalo jaman sekarang ini hukum di Indonesia udah nggak bisa ditegakkan dengan sempurna? Sebenernya bukan hukum nya sih yang nggak bisa ditegakkan, tapi lebih ke penegak hukum nya kalo aku rasa. Ya walaupun ada nya hukum itu karena ada pelanggar hukum. GImana ya jadinya kalo di negeri ini nggak ada aturan yang mengikat? Apakah negeri ini tambah makmur atau tambah ancur? Yaa mungkin ada kelebihan dan kekurangannya.

3. Ekonomi. Karena aku menggeluti dunia ekonomi, pastilah aku lebih harus lebih membuka wawasanku disini. Kan segala muara kehidupan sudah mendunia sekarang, atau mengglobal alias Globalisasi. Dengan adanya globalisasi ini  perdagangan bebas itu kayaknya udah biasa. Nah aku, Dilla, dan Aini kemaren membahas tentang salah satu iklan capres cawapres atau caleg entahlah, lha di iklan itu ditayangin kalo Indonesia-yang dengan sumber daya nya sekaya ini aja tu bangga dengan budaya impor. Entah Indonesia itu kaya atau miskin sih? Impor karena banyak duit? Atau impor karena kemiskinan? Itu susah dibedain. Coba dimisalkan permasalahan ini adalah masalah impor beras. Kalo aja Indonesia itu mau berkorban untuk menggaji para petani, jadi hidup seorang petani itu nggak susah, alias banyak yang mau jadi petani. Dengan begitu kan akan lebih banyak lagi beras yang bisa kita punya. Apa ya, susah sih untuk jelasin. Coba kalo paradigma masyarakat Indonesia ini diganti, kalo bekerja jadi petani itu juga menghasilkan. Boleh aja kita menciptakan lapangan kerja baru berbentuk perusahaan, tapi nggak mengorbankan suatu lahan yang seharusnya bisa digunakan untuk bercocok tanam atau buat sawah biar sumber daya yang ada itu bisa digunakan dengan sebaik-baiknya. Aku selalu ada bayangan, tapi belum bisa terealisasi. Itu sisi jelek yang aku punya, punya inspirasi tapi realisasinya BELUM ada. Kadang gemes juga sama TKW atau TKI yang kerja di luar negeri. Ni misal ya, pemerintah mau ngasih lahan untuk para pekerja yang pengen cari kerja karena nggak punya ijazah daripada kerja di luar negeri gitu, dan juga daripada impor beras dan lain sebagainya, gimana sih kalo mereka suruh ngurusin lahan itu? kan itu bisa memakmurkan walaupun sedikit, sedikit itu bagus daripada tidak sama sekali. Apalagi nasib seorang TKW atau TKI itu kan nggak ada yang tau, kayak banyak kasus yang terjadi, kasus penganiayaan. Apa nggak malu negara ini? Punya warga negara yang nggak dihargai ngeara orang lain? Kali-kali lah buat negara lain itu takjub sama negara ini.
Bicara tentang lahan, kadang miris. Banyak ruko-ruko yang nggak keurus bahkan tutup padahal ruko itu mengambil lahan yang mungkin bisa digunakan untuk menghasilkan sesuatu. Geli nggak sih? Tapi kasian juga sih sama pendiri ruko nya, udah bayar sewa mahal, eh malah bangkrut?
Memakmurkan itu memang hal yang susah, tapi nggak ada salahnya dicoba. Nah, apalagi pengangguran. Sungguh mengerikan angka pengangguran di negeri ini. Entah karena mereka itu malas, atau kurangnya lapangan kerja. Warga Indonesia itu banyak yang malas kalo aku lihat, karena adanya kebudayaan yang jelek yang mereka ketahui,jadilah mereka bertindak sesuai dengan ajaran itu.
Penjabaranku memang nggak jelas sih, cuma menumpahkan isi yang ada di kepala aja. Masih banyak sih yang nyantol, cuma nggak etis aja rasanya ngasih saran yang terlalu subjektif ini.

4. Agama. Yap! Siapa lagi yang menciptakan kita selain Tuhan YME? Semua aspek kehidupan berakar pada keyakinan kita. Kita punya akal pikiran itu karena diberi oleh-Nya. Entah bagi Atheis (nggak punya agama). Tau kan apa tanda-tanda kiamat? Salah satunya kan banyak bencana. Indonesia udah merasakannya. Dulu, di Aceh tsunami, Jawa Timur dengan lumpur lapindo nya, kawasan Jawa belakangan ini terancam dengan gunung berapi yang aktif, trus Riau lagi parah2nya karena kebakaran hutan. Itu karena apa? Karena perbuatan manusia yang diketahui Allah SWT tapi nggak diketahui kita. Kemaren aku diskusi sama Dilla Aini, kalo semuanya itu terjadi karena kerakusan, perbuatan yang tidak seharusnya, dan pasti ada sebab sebelum akibat.

Yuk istighfar yukk.. Astaghfirullahaladzim................

Tidak ada komentar: